Selasa, 06 Desember 2011

Doing Emphaty is Nice

      Saat ini banyak manusia yang semakin tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Banyak orang yang acuh tak acuh dan peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan cenderung menjadi individualis. Hal ini terlihat jelas pada kehidupan masyarakat Indonesia dan kesenjangan sosialnya. Semakin lama, masyarakat cenderung menempatkan diri kepada lingkungannya sendiri saja, jarang berbaur dengan masyrakat yang mempunyai strata yang berbeda di lingkungannya. Oleh karena itu, kami mahasiswa sebagai agen dari perubahan bertanggung jawab untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat ini dengan cara merubahnya dari diri kita sendiri.
      Bagaimana cara merubahnya? That’s the thing. It’s hard to give an empathy to others since we don’t get used to it. Pada sebagian seseorang, memberikan rasa empati itu sulit apalagi kepada seseorang yang baru. Baru dalam arti baru dikenal, dan dengan lingkungan yang berbeda. Mengapa kita harus menumbuhkan rasa empati? Rasa empati itu penting karena kita akan belajar bagaimana menjadi orang lain. Menjadi orang lain itu tidak selalu enak. Kita tidak selalu harus memberikan rasa empati ke pada seseorang yang lebih beruntung daripada kita. Bagaimana jika rasa empati itu kita berikan kepada orang yang kurang beruntung? Tentu saja kita akan lebih merasakan bahwa hidup itu penuh dengan perjuangan dan rintangan. Maka dari itu, datangnya sebuah masalah kepada seseorang yang kurang beruntung daripada kita, dan kita belajar untuk empati dengan menempatkan diri menjadi mereka akan membuat kita lebih menghargai hidup dan siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada.
      Berdasarkan latar belakang di atas,  pada hari ini (Selasa, 6 Desember 2011) peserta pembelajaran kuliah keterampilan interpersonal kelas A dan B berkunjung ke panti sosial di Keputih, Sukolio, Surabaya untuk mengisi kuliah outdoor mata kuliah Keterampilan Interpersonal. Tidak hanya untuk mengisi dan menuntaskan kewajiban kuliah, tetapi tujuan kami mengunjungi panti sosial tersebut adalah untuk membentuk kepribadian dengan cara menempatkan diri di lingkungan yang berbeda. Di lingkungan yang jarang terjamah oleh kita dan cenderung dilupakan. Di sini, kami semua belajar banyak hal baru, terutama bagaimana memberikan rasa empati terhadap sesama.

Game 1 : “Melempar Bola”
Seperti biasa, kami melakukan beberapa permainan dalam kuliah ini. Tetapi ada sesuatu yang berbeda. Kami bermain tidak hanya dengan teman yang sudah kami kenal, tapi kami bermain dengan teman-teman baru yang kami dapatkan di panti sosial tersebut.  Permainan pertama yaitu permainan dalam group. Nama permainan ini adalah ‘Lempar Bola’. Di permainan ini, kami diberikan sebuah plastic berukuran sedang. Bola tersebut dilempar secara acak ke anggota group ke anggota group lainnya. Setiap anggota group yang mendapatkan bola hasil lemparan, wajib menyebutkan nama, asal daerah, dan nama anggota group lainnya yang mereka akan lemparkan bola tersebut. Esensi dari permainan ini adalah :

1.    Mengenal Satu Sama Lain
Untuk melempar bola tersebut, kita harus menyebutkan nama anggota kelompok yang akan kita lemparkan. Berarti kita harus mengingat dengan baik nama semua anggota kelompok. Di permainan ini, kami belajar untuk mengingat dan mengenal. Ada istilah ‘tak kenal maka tak sayang’, maka dari itu, kami mencoba untuk mengenal satu sama lain agar kami bisa lebih menempatkan diri.
2.    Tenggang Rasa
Terkadang sulit bagi teman-teman baru kami untuk melakukan game ini secara lancar. Karena keterbatasan ingatan dan hal lainnya. Di sini, kita belajar untuk menempatkan diri sebagai mereka dan belajar untuk menghormati orang lain dan segala kekurangannya. Kekurangan yang ada itu tidak untuk diejek atau mmebuat mereka dikucilkan, tetapi untuk dihormati dan dimengerti.

Game 2 : “Garis Waktu”
Di permainan ini kami membentuk beberapa kelompok kecil. Satu kelompok kecil terdiri dari 4 orang. Di dalam kelompok kecil tersebut, kami diajak untuk membicarakan tentang perubahan terbesar yang telah terjadi selama hidup kita. Secara bergantian, kami membicarakan tentang perubahan-perubahan yang pernah kita alami selama hidup. Esensi dari permainan ini adalah :
1.    Belajar lebih terbuka
Untuk sebagian orang, menjadi terbuka adalah sesuatu yang sulit. Apalagi kepada orang yang baru dikenal. Tetapi, menjadi terbuka itu tidak ada salahnya, karena dengan terbuka orang lain bisa belajar memahami kita, dan sebaliknya. Dan jika kita ada sesuatu yang harus diceritakan, (karena sesuatu itu tidak bisa jika hanya disimpan sendiri) kita bisa lebih terbuka kepada orang lain.
2.    Belajar Memahami Orang Lain
Setiap orang itu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Dari cerita yang diceritakan, kita jadi tahu karakter orang itu seperti apa. Ketika kita telah memahami kepribadian mereka, kita jadi tahu bagaimana kita harus bersikap dan bagaimana kita harus merespon mereka.
3.    Giving Empati
Dengan mendengar cerita perubahan yang kita dan teman-teman kita pernah alami semasa hidup, kita jadi tahu apa yang mereka rasakan. Maka dari itu, tempatkanlah diri kita menjadi mereka. Bayangkan jika apa yang mereka alami itu pernah atau sedang kita alami juga. Dengan itu, kita bisa merasakan bahwa hidup itu penuh perjuangan, dan kita tidak sendiri. Kadang kalau kita mempunyai masalah, kita bisa dengan gampang menjadi down dan terpuruk. All we have to do is motivate ourself by looking outside, bahwa di luar sana masih ada orang yang kurang beruntung daripada kita. Bahwa kita tidak boleh mudah menyerah hanya karena masalah yang kita punya.
4.    Peka
Sikap acuh tak acuh yang selama ini kita miliki, seakan terkikis melalui permainan ini. Terkadang, kita tidak pernah melihat lingkungan yang semakin terlupakan karena kita terlena dengan lingkungan kita sendiri. Dengan permainan ini, kita diajak untuk membuka mata, melihat lingkungan sekitar bahwa lingkungan seperti ini ada untuk diperhatikan dan kaya akan pelajaran yang bisa kita ambil.
5.    Not to Underestimate People
We all do judge book by its cover. Percayalah, bahwa ungkapan itu masih terlekat erat di lingkungan kita. Dengan hanya memandang penampilan fisik mereka, kita bisa memetik nilai orang itu, bagaimanakah kepribadian orang itu sebenarnya. Salah. Orang-orang yang kurang beruntung ini mematahkan ungkapan itu. Ya, memang jika kita memandang sekilas, mereka –teman baru kita- ini merupakan golongan orang yang terlupakan. Tetapi, coba lihat lebih dekat. Mereka bahkan bisa lebih baik kepada mereka. Di game berbagi pengalaman masa lalu ini, saya bisa petik hikmah bahwa mereka tegar dalam menghadapi cobaan hidup yang cukup berat. Saya sendiri merasa kalah, karena saya terlalu manja jika berhadapan dengan masalah saya. Maka dari itu, berkacalah kepada orang lain. Belajarlah dari mereka, tanpa perlu memandang siapa mereka atau latar belakang mereka. Karena pelajaran itu bisa datang dari mana saja.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More